Minggu, 20 Oktober 2013

Makalah Pembelajaran Kooperatif



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstuktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna,1988: 181)
Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun dalam pikirannya juga. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan memerapkan ide-ide mereka sendiri.
Piaget dan Vgotsky mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragama sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu belajar adalah tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa, serta beraksi dengan objek dan peristiwa tersebut.
Selain aktifitas dan kreatifitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran juga dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, dengan harapan terjadi komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran.
Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vgotsky dapat berjalan berdampingan dalam proses pembelajaran konstruktivisme. Piaget yang menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut, sedangkan konstruktivisme Vygotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya. Berkaitan dengan karya Vygotsky dan penjelasan piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar, siswa diberikan kesempatan secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya. Hal ini akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan jelas, bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
2.      Apa tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif?
3.      Apakah ciri-ciri pembelajaran kooperatif?
4.      Bagaimana strategi dalam pembelajaran kooperatif?
5.      Apa sajakah metode yang ada dalam pembelajaraan kooperatif?
6.      Apa kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif?

C.    Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini memiliki tujuan diantaranya :
1.      Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaraan kooperatif.
2.      Mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif.
3.      Mengetahui ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
4.      Mengetahui strategi dalam pembelajaran kooperatif.
5.      Mengetahui metode yang ada dalam pembelajaran kooperatif
6.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupun tidak semua belajar kelompok disebut sebagai cooperative learning. Seperti di jelaskan oleh Abdulhak ( 2001 : 19 – 20 ) “ pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri”.
Tom V. Savage ( 1987 : 25 ) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya ( Nurulhayati, 2002 : 25 ).
Pembelajarn kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi ( Nurhayati, 2002 : 25 ). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar kerjasama dengan anggota lainnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki dua tanggungjawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar.




B.     Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajarn kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
1.      Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep – konsep yang sulit.
2.      Agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
3.      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Linda Lungren ( 1994 : 120 ) dalam ( Ibrahim, dkk.,2000 : 18 ), ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu : meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan perbedaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih menndalam, meningkatkan motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama, dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

C.    Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik sebagi berikut :
1.      Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah ( heterogen ).
3.      Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.
4.      Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu ( Ibrahim, dkk, 2000 : 6 ).
Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.

D.    Strategi Pembelajaran Kooperatif
Belajar kooperatif adalah belajar pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memasksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ( Jonson dalam Hasan, 1996 ).
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok – kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu :
1.      Adanya peserta didik dalam kelompok
2.      Adanya aturan main
3.      Adanya upaya belajar dalam kelompok
4.      Tatap muka
5.      Evaluasi proses kelompok.
Berkenaan dengan pengelompokan siswa, dapat ditentukan berdasarkan : minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan siswa, kemampuan bersosialisasi, tatap muka, evaluasi proses kelompok. Nurul Hayati ( 2002:25-28 ) mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu : ketergantungan positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka, dan evaluasi proses kelompok.
Senada dengan penjelasan tersebut, Siahaan ( 2005 : 2 ) mengemukakan lima unsur penting yang ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif yaitu :
1.      Saling ketergantungan yang positif
2.      Interaksi berhadapan
3.      Tanggung jawab individu
4.      Keterampilan sosial
5.      Terjadinya proses dalam kelompok
Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan. Dengan demikian, siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan yang artinya bahwa tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesame anggota kelompoknya.
Tujuan penting lain dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi pada siswa. Keterampilan ini dirasakan manfaatnya saat siswa terjun ke masyarakat kelak.
Keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren ( 1994 ) terdiri dari tiga bentuk.
1.      Keterampilan kooperatif tingkat awal
2.      Keterampilan kooperatif tingkat menengah
3.      Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Dalam pembelajarn yang menggunakan pembelajaran kooperatif, terdapat enam langkah utama atau tahapan. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini digunakan untuk menyampaikan informasi dan bahan bacaan daripada verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim – tim belajar. Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama. Fase terakhir pembelajaran kooperatif adalah meliputi presentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari, dan memberikakn penghargaan terhadap usaha – usaha kelompok maupun individu.
Anita Lie ( 2005 ) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu sebagai berikut :
1.      Prinsip ketergantungan positif ( positive interpendence ), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentutkan oleh kinerja masing – masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
2.      Tanggungjawab perseorangan ( individual accountability ), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing – masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3.      Interaksi tatap muka ( face to face promation interaction ), yaitu memberi kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari kelompok lain.
4.      Partisipasi dan komunikasi ( participation and communication ), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.      Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama nmereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur sebagai berikut :
1.      Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok – pokok materi pembejaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran;
2.      Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.      Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penialian pada kemampuan kelompoknya. Seperti dijelaskan Sanjaya ( 2006 : 247 ) bahwa hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai bersama dalam kelompoknya.

E.     Metode Pembelajaran Kooperatif
Guru mempunyai tugas untuk memilih pendeketan yang sesuai dalam pembelajaran koopertaif. Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD ( Student Teams Achievment Devisionis ), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok dan tipe pendekatan structural. Pada table di bawah adalah perbandingan 4 tipe tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Ibrahim dkk., ( 2000 : 29 ).
1.      Metode pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif  yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie ( 1993 : 73 ) bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelopok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertangggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topic yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli ( Ibrahim, dkk. 2000 : 52 ).
Langkah – langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan ( Nurhadi dan Agus Gerrard, 2003 : 40 ), yaitu :
a.       Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi
b.      Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain.
c.       Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
d.      Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelopompok dan kerja di tempat duduk masing – masing.
e.       Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
f.       Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topic – topic permasalahan untuk di baca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
b.      Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topic permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topic permasalahan tersebut.
c.       Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asala dan menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli.
d.      Kuis dilakukan mencakup semua topic permasalahan yang dibicarakan tadi,
e.       Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes dan Snapp ( 1978 ) yang dikutip Rusman ( 2008 ), mengemukakan langkah – langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut :
a.       Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa;
b.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda;
c.       Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d.      Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bagian  yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka;
e.       Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
f.       Tiap tim ahli mempresentasikan hal diskusi;
g.      Guru member evaluasi;
h.      Penutup.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan ( Ibrahim, dkk., 2000 : 70 – 71 ), diantara kelebihannya adalah :
a.       Dapat memberikan kesempatan  kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain;
b.      Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;
c.       Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya;
d.      Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
e.       Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Sedangkan kekurangannya adalah :
a.       Membutuhkan waktu yang lama;
b.      Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
2.      Student Team Achievment Division ( STAD )
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman – temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling sederhana ( Ibrahim, dkk., 2000 : 6 ). Masing – masing kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen ( Depelovment MA Project, 2002 : 31 ), sehingga dlam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu lagi berkemampuan rendah.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model paling baik untuk tahap permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendektan kooperatif ( Slavin, 2010 : 143 ). Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akdemik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui pengajaran verbal maupun tertulis ( Ibrahim, dkk., 2000:20 ).
a.       Komponen utama STAD
STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim ( Slavin, 2010 ). Kelima komponen tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Pertama, presentasi kelas. Materi pertama kali di perenalkan dalam STAD adalah presentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau di diskusilkan yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audio-visual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar – benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis – kuis dan skor kuis untuk menentukan skor tim mereka.
Kedua, belajar dalam tim. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, diaman mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan, murid yang merasa mampu harus membantu murid yang kesulitan. Fungsi utama dari tim ini adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar – benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah ciri  yang paling penting dalam STAD. Pada tiap hal, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
Ketiga, tes individu. Setelah pembelajaran selesai, di lanjutkan dengan tes individu  ( kuis ). Diantara siswa tidak  diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggungjawab secara individu untuk memahami materinya.
Keempat, skor pengembangan individu. Selanjutnya, skor yang didapatkan dari hasil tes dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam satu tim. Nilai rata – rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.
Kelima, penghargaan tim. Penghargaan di dasarkan nilai rata – rata tim, sehingga dapat memotivasi mereka. Penggunaan sistem skor dalam model STAD adalah untuk lebih menekankan pencapaian kemajuan daripada presentase jawaban yang benar.
b.      Tahap pelaksaan pembelajaran model STAD
Sebelum menyajikan materi, menurut Arifin ( 1991 : 33 ) guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari murid dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 – 6 orang. Aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
1.      Kemapuan akademik ( pandai, sedang, dan rendah ) yang diperoleh dari hasil akademik ( skor awal ) sebelumnya. Pembagian tersebut harus di seimbangkan, sehingga setiap kelompok terdiri dari murid dengan tingkat prestasi seimbang;
2.      Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan / sifat ( pendiam dan aktif ) dan lain – lain.
3.      Penyajian materi pelajaran
c.       Kelebihan dan kekurangan metode STAD
Dalam penggunaan model pembelajarn kooperatif tipe STAD, terdapat kelebihan dan kekurangannya ( Ibrahim, dkk., 2000 : 72 ). Kelebihannya adalah sebagai berikut :
1.      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain;
2.      Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;
3.      Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
4.      Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Adapun kekurangannya dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a.       Membutuhkan waktu yang lama;
b.      Siswa pandai cenderung enggan apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
c.       Siswa diberikan kuis dan tes secara perseorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri;
d.      Penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri;
e.       Penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan individu, maka akan diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantungan dari sumbangan skor individu.
3.      Metode Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, dalam metode investigasi kelompok ini siswa terlibat dalam perencanaan, baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
Dalam penerapan investigasi kelompok ini, guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu, selanjutnya siswa memilih topic untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan mendalam atas topic yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
Sharan, dkk., ( 1984 ) telah menetapkan 6 ( enam ) tahap investigasi kelompok.
a.       Pemilihan topic
Siswa memilih subtopic khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa di organisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota flap kelompok, dan menjadi kelompok – kelompok yang berorientasi pada tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
b.      Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopic yang telah dipilih pada tahap pertama.
c.       Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada jenis – jenis sumber belajar yang berbeda, baik di dalam atau diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
d.      Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang  menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e.       Presentasi hasil dan final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agagr siswa yang lain ikut terlibat dalam pekerjaan mereka, dan memperoleh perspektif yang luas pada topic yang dipresentasikan. Presentasi harus di koordinasi oleh guru.
f.       Evaluasi
Dalam hal kelompok – kelompok menangani aspek yang berbeda dan topic yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
4.      Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spenncer Kagen dan kawan – kawannya. Meskipun banyak memiliki kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan strutur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif sebagai struktur kelas tradisional, seperti : resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa member jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Saling membantu dalam kelompok kecil, dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan rumbered-head-together. Kedua struktur ini dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.

F.     Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Thabrany (1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan dan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:
1)    Keuntungan kerja kelompok
a.       Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri 
b.      Dapat merangsang motivasi belajar. 
c.       Ada tempat bertanya 
d.      Kesempatan melakukan resitasi oral 
e.       Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
2)    Kekurangan kerja kelompok
a.       Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. 
b.      Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan kelompok.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut diuraikan satu-per satu:
1)    Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a)   Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b)   Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c)   Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d)  Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e)   Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidak sepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini  kurang kuat.
2)    Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a)   Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b)   Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)   Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok  tidak  menyadari makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pembelajarn kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
1.      Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep – konsep yang sulit.
2.      Agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Guru mempunyai tugas untuk memilih pendeketan yang sesuai dalam pembelajaran koopertaif. Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD ( Student Teams Achievment Devisionis ), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok dan tipe pendekatan structural.








DAFTAR PUSTAKA

Majid Abdul . 2013. Strategi pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarta






Tidak ada komentar:

Posting Komentar